EPL Tanpa Sampanye, Untuk Menghormati Pemain Muslim
YAYA TOURE ; " saya muslim, tak minum alkohol".
Tradisi yang berjalan selama ini selalu menghadirkan sampanye pada acara penganugerahan gelar Man of The Match di akhir laga, namun beberapa insiden terakhir membuatnya masuk dalam pertimbangan.
Terakhir kali adalah ketika Yaya Toure menolak hadiah tradisional tersebut ketika dirinya didapuk menjadi pemain terbaik dalam kemenangan Manchester City lawan Newcastle tiga pekan lalu.
Kala rekan setimnya, Joleon Lescott memberikan botol sampanye padanya di tengah siaran langsung televisi, pemain asal Pantai Gading itu dengan halus menolaknya dengan mengatakan, "Saya tak minum minuman keras karena saya muslim, jadi simpan saja itu untukmu."
Sebuah sumber internal mengatakan, "Barclays berpikir apakah merupakan hal yang bisa diterima untuk memberikan alkohol, mengingat begitu banyaknya kewarganegaraan di liga ini.

EPL Tanpa Sampanye, Untuk Menghormati Pemain Muslim
Yaya Toure, pencetak dua gol Manchester City ke gawang Newcastle United, menolak menerima sebotol besar champagne saat pesta kemenangan di ruang ganti. "Maaf! Saya tidak minum alkohol. Saya Muslim," ujar Yaya Toure seraya menyerahkan botol besar champagne ke Joleon Lescott, rekannya.
Toure adalah man of the match pertandingan itu. Ia memborong dua gol kemenangan timnya dan membuat City semakin dekat dengan gelar juara Liga Inggris. Sesuai tradisi klub, bintang pertandingan mendapat kehormatan membuka botol besar champagne.
Bukan kali pertama Toure menolak pesta kemenangan dengan menenggak minuman keras. Ia kerap menghindari tradisi itu, seraya berusaha tidak menyinggung rekan-rekannya.
Juru bicara Manchester City mengatakan pemberian champagne adalah penghargaan yang didambakan setiap main. Namun, katanya, klub bisa memahami jika ada individu yang menolak dengan alasan agama.
Yang bisa dilakukan klub, masih menurut juru bicara Manchester City, adalah menjamin setiap individu di ruang ganti klub tidak merasa tersinggung jika ada rekan mereka yang menolak pesta dengan alasan agama. Liga Inggris adalah kompetisi yang menampung pemain dari 68 negara. Yaya Toure berasal dari Pantai Gading dan beragama Islam.
Imam
Saat masih di Barcelona, Yaya Toure adalah imam bagi dua rekannya; Eric Abidal dan Seydou Keita. Ketiganya selalu menyampatkan diri shalat berjamaah, dan Toure dianggap memiliki pengetahuan keagamaan yang lebih dibanding Abidal dan Keita.
Ketika Yaya Toure memutuskan pindah ke Manchester City, Abidal dan Keyta menjadi orang yang paling kehilangan. Dalam salah satu kesempatan wawancara dengan salah satu radio, Abidal sempat mengatakan.
"Kami kehilangan imam.".
Sungguh sangat mengesankan, EPL pun menghormati para pemain muslim yang notabene adalah kaum minoritas di daratan eropa tersebut.